Rumput tetangga selalu terlihat jauh lebih hijau, entah itu rumput gajah atau manila. Itulah manusia, selalu melihat apa yang mereka mau lihat, mendengar apa yang mereka mau dengar. Dua hal itu jadikan mereka yang lahir secara lengkap menjadi tuna netra yang hidup di dunia sendiri, tak sekedar tuna rungu, tapi tutup mata-hati-telinga, atau apa yang disebut apatis. Bisa jadi mereka adalah penderita autis di dunia sosial ini. Dan tentu, sangat sulit sekaligus mudah disembuhkan, tapi tidak secara medis. Bisa jadi obatnya kerelaan hati.
Buatku hidup adalah indah, bahkan terasa cukup bila tanpa kemunafikan dan kecemburuan. Pacar cemburu terhadap teman, orang tua terhadap anak (dan tentu sebaliknya), sahabat terhadap sahabat. Seorang sahabat memvonis teman2nya sebagai orang yang tidak peka, karena mereka terus menerus membicarakan skripsi, sidang, wisuda, toga, titel, di depan dirinya yang notabene belum bisa lulus bareng2 mereka karena satu dosen killer yang menyebalkan.
Di saat yang hampir bersamaan, dia dengan lugas berbagi kebahagiaan dengan sahabatnya. Tentang hal manis pun yang sepertinya menyebalkan, dan begitu remeh yang terjadi di dalam keluarganya. Si sahabat hanya bisa diam, dan berpikir mengenai masa lalu yang pernah manis di dalam keluarganya. Saat ini si sahabat memang tengah pusing tujuh keliling, entah kenapa dia harus memilih antara partner hidup dengan keluarga yang dua puluh dua tahun disayanginya.
Hidupku bukan lagi berkutat di pencapaian titel, karir, pendapatan, atau apapun itu. Aku hanya ingin membahagiakan orang2 di sekitarku, syukur2 bisa global. Tapi yang terpenting, aku ingin berbagi apapun yang aku punya, dengan mereka dan dia yang kusayangi. That's it, but why can't they understand?